Rabu, 31 Oktober 2012

coretan pena Dilha


GAUN MERAH
Oleh: Fadilah Neyarasmi

Setumpuk benang merah ingin kutenun lagi
Menjadi sehelai kain yang elok
Kain merah yang ingin kujahit lagi
Menjadi sebuah gaun yang indah

Gaun itu hanya akan kupakai sehari dua hari
Berikutnya tak kupakai lagi
Bosan sudah aku simpan di lemari
Menjadi seonggok kain yang tak berarti

Gaun merah itu hendak kucari lagi
Ingin kugunting menjadi kain perca
Yang bisa kupakai menambal kain yang tak cukup
Dari yang berarti menjadi tak berarti lagi


Dua Lembar Kisah Hidup
Oleh: Fadilah Neyarasmi



Si penikmat harta
Makan banyak sakit perut
Kerja lembur kurang tidur
Naik mobil kena macet
Banyak usaha banyak saingan
habis uang di meja hijau

si penderita hidup
makan sedikit tenaga terkuras
kerja kasar dapat pas-pasan
kurang tidur pikirkan hutang
Jalan kaki di antara mobil mewah
Tak ada uang tak dihargai
Hanya bisa mengadu nasib pada sang illahi

puisi


Mutiara Terindahku
Oleh: Fadilah Neyarasmi

Panasnya mentari
Bukan penghalang besar untukmu
Untuk menjadi seorang yang perkasa
Seorang yang bertanggung jawab

Usiamu yang sudah mulai menua
Bukan alasan untuk berpangku tangan
Semangat juangmu
Inspirasi bagiku

Wahai orang tuaku
Kuingin kau hidup seratus tahun lagi
Kuingin kau menemaniku
Menjagaku dan menyayangiku
Tanpa batas waktumu

Ayah ibu
Pengorbananmu tiada tara
Jiwa juangmu melebihi pahlawan bagiku
Kaulah segalanya
Kaulah mutiara terindah
Dalam hidupku






PILIHAN
Oleh: Fadilah Neyarasmi
Bukan
Bukan itu
Bukan itu yang kumau!
          Tidak
Tidak mengapa
Tidak mengapa salah!
Sudah
Sudah cukup
Sudah cukup semuanya!
          Negeri
Negeri kecilku
Negeri kecilku dikhianati!
Aku
Aku hanya
Aku hanya ingin bebas!
Bisa
Bisa atau Tidak
Hanya itu jawaban yang kumau!



Rabu, 10 Oktober 2012

analisis dan aliran dalam puisi


Analisis puisi
SURAT CINTA
Oleh: Rendra
Kutulis surat ini
kala hujan gerimis
bagai bunyi tambur mainan
anak-anak peri dunia yang gaib
Dan angin mendesah,
Wahai, dik Narto
aku cinta padamu!

Kutulis surat ini
kala langit menangis
dan dua ekor belibis
bercintaan di dalam kolam
jenaka dan manis
mengibaskan ekor,
serta menggetarkan bulu-bulunya.
Wahai Dik Narti, kupinang kau menjadi istriku!

Kaki-kaki hujan yang runcing
menyentuh ujungnya di bumi.
Kaki-kaki cinta yang tegas
bagai logam berat gemerlapan
menembus ke muka
dan tak kan kunjung diundurkan.

..................................................
Engkau adalah putri duyung
tawananku,
Putri duyung dengan
suara merdu lembut
bagai angin laut,
mendesahkan bagiku!
Angin mendesah
selalu medesah
dengan ratapnya yang merdu.

Engkau adalah putri duyung
tergolek lemas
mengejap-ngejapkan matanya yang indah
dalam jaringku.
Wahai putri duyung,
aku menjaringmu
aku melamarmu.

Kutulis surat ini
kata hujan gerimis

karena langit
gadis manja dan manis
menangis minta mainan
Dua anak lelaki nakal
bersenda gurau dalam selokan
...................................................


  *Catatan: (warna hijau) merupakan kata-kata yang maknanya berlebihan.
Kata-kata yang digunakan pengarang dalam hal ini Rendra cukup berlebih-lebihan, sehingga dapat dikategorikan dalam aliran romantisme, misalnya pada kata-kata berikut:
Engkau adalah putri duyung
tawananku,
Tapi puisi ini juga dapat dikategorikan dalam aliran ekspresionisme. Misalnya pada kata-kata berikut:
Kutulis surat ini
kala langit menangis



Aliran Impresionisme
Kampung Tua
Oleh: Fadilah Neyarasmi
Kampungku sudah tua...
ia sudah renta
meskipun sudah merdeka
tapi bagiku ia masih terkungkung.
Kampungku yang renta...
butuh perhatian dari si penguasa
tapi tak kunjung ia nikmati
masa-masa kebebasan

Setiap saat mereka menelan
kata-kata kosong dari si penguasa
sambil terus berharap
kata-kata kosong itu tak selamanya kosong.
Kampungku oh kampungku
berhentilah dikau berharap
bebaskanlah dirimu
buatlah pembaharuan sendiri

Kampungku, sejak aku lahir di sini
kau masih tetap sama
tetap tua dan tertinggal
tak ada yang mau melirik
tak ada yang mau memedulikan
biar sudah merdeka
kau tetap terkungkung





Aliran Romantisme
Tak Berbalas
Oleh: Fadilah Neyarasmi
Selalu terbayang
Wajah sosok nan rupawan
Tak kuasa aku menahan
Rasa rindu yang terpendam
meski hanya angan-angan

Kau yang kucintai
Ingin rasanya aku memiliki
Tapi aku takut tersakiti
Untuk yang kedua kali

Bilamana rindu ini tak berbalas
Hanya bisa menahan nafas
Di hatiku yang telah kandas
Ku harap engkau kan puas
Biar aku tak berbalas

Rabu, 03 Oktober 2012

puisiq


Jeritan Hati
oleh: Fadilah Neyarasmi

Hati ini seolah terpejam
Tak ada kata yang terucap
Sosok anak dengan peluh didahinya
Membanting tulang  mencari sesuap nasi
Aku sadar aku bukan dia
Aku beruntung aku bukan dirinya
Tapi hidup ini tak adil
Aku ingin menjerit
Aku ingin mengungkapkan segalanya
Semua keluh kesahku selama ini

Tuhan... Aku bahagia menjadi diriku
Tapi aku tidak bahagia melihat penderitaan orang lain
Aku ingin aku dia dan mereka
Kami semua bisa merasakan yang sama
Mengenyam pendidikan yang indah
Bergaul tanpa ada batas sosial
Apakah semua itu tidaklah mungkin?

Tuhan... Harapku hanya satu
Buatlah ia bahagia seperti diriku
Buatlah dia merasakan apa yang kini aku rasakan
Buatlah dia menjadi lebih baik dari saat ini
Aku ingin dia tersenyum
Tersenyum meski beban hidup yang dipikulnya amatlah berat


PENANTIAN
Oleh: Fadilah Neyarasmi
Saat ini
Kulelah menunggu
Menanti yang tak pasti
Karena aku tak tahu
Kemana arah tujuan hidupku kini
Aku terus saja mencari
Mencari dan mencari lagi
Tapi aku benar-benar tak tahu
Apa yang saat ini aku cari
Biarkan waktu kini yang akan berjalan
Menjawab semua apa yang ada dihatiku
Kupikir semua akan berlalu seiring waktu yang bergulir