Analisis puisi
SURAT CINTA
Oleh:
Rendra
Kutulis surat ini
kala hujan gerimis
bagai bunyi tambur mainan
anak-anak peri dunia yang gaib
Dan angin mendesah,
Wahai, dik Narto
aku cinta padamu!
Kutulis surat ini
kala langit menangis
dan dua ekor belibis
bercintaan di dalam kolam
jenaka dan manis
mengibaskan ekor,
serta menggetarkan bulu-bulunya.
Wahai Dik Narti, kupinang kau menjadi istriku!
Kaki-kaki hujan yang runcing
menyentuh ujungnya di bumi.
Kaki-kaki cinta yang tegas
bagai logam berat gemerlapan
menembus ke muka
dan tak kan kunjung diundurkan.
Engkau adalah putri duyung
tawananku,
Putri duyung dengan
suara merdu lembut
bagai angin laut,
mendesahkan bagiku!
Angin mendesah
selalu medesah
dengan ratapnya yang merdu.
Engkau adalah putri duyung
tergolek lemas
mengejap-ngejapkan matanya yang indah
dalam jaringku.
Wahai putri duyung,
aku menjaringmu
aku melamarmu.
Kutulis surat ini
kata hujan gerimis
gadis manja dan manis
menangis minta mainan
Dua anak lelaki nakal
bersenda gurau dalam selokan
...................................................
Kata-kata yang
digunakan pengarang dalam hal ini Rendra cukup berlebih-lebihan, sehingga dapat
dikategorikan dalam aliran romantisme, misalnya pada kata-kata berikut:
“Engkau adalah putri duyung
tawananku,”
Tapi puisi ini juga
dapat dikategorikan dalam aliran ekspresionisme. Misalnya pada kata-kata berikut:
“Kutulis surat ini
kala langit menangis”
Aliran Impresionisme
Kampung Tua
Oleh: Fadilah Neyarasmi
Kampungku sudah tua...
ia sudah renta
meskipun sudah merdeka
tapi bagiku ia masih terkungkung.
Kampungku yang renta...
butuh perhatian dari si penguasa
tapi tak kunjung ia nikmati
masa-masa kebebasan
Setiap saat mereka menelan
kata-kata kosong dari si penguasa
sambil terus berharap
kata-kata kosong itu tak selamanya kosong.
Kampungku oh kampungku
berhentilah dikau berharap
bebaskanlah dirimu
buatlah pembaharuan sendiri
Kampungku, sejak aku lahir di sini
kau masih tetap sama
tetap tua dan tertinggal
tak ada yang mau melirik
tak ada yang mau memedulikan
biar sudah merdeka
kau tetap terkungkung
Aliran Romantisme
Tak Berbalas
Oleh: Fadilah Neyarasmi
Selalu terbayang
Wajah sosok nan rupawan
Tak kuasa aku menahan
Rasa rindu yang terpendam
meski hanya angan-angan
Kau yang kucintai
Ingin rasanya aku memiliki
Tapi aku takut tersakiti
Untuk yang kedua kali
Bilamana rindu ini tak berbalas
Hanya bisa menahan nafas
Di hatiku yang telah kandas
Ku harap engkau kan puas
Biar aku tak berbalas
Tidak ada komentar:
Posting Komentar