Pada puisi Amir Hamzah
ada beberapa kata yang sering digunakan oleh penyair.
Ø Kata
“Kurnia” sering digunakan amir hamzah bahkan dijadikan judul dalam salah satu
puisinya. Kurnia yang dimaksud penyair pada puisi Nyanyian Mesir Purba hampir sama dengan makna kurnia pada puisi yang berjudul Kurnia, yaitu
karunia (anugerah) dari Tuhan yang diberikan kepada penyair.
Ø
Kata “Malam” merupakan salah
satu kata yang juga sering digunakan penyair. Misalnya pada puisi berjudul Nyanyian
Syiking, Hanyut Aku, dan juga puisi Doa. Bahkan dalam satu puisi
kata “malam” kadang digunakan lebih dari satu kali. Makna malam pada puisi
Nyanyian Syiking, menggambarkan malam yang tadinya telah berubah menjadi
pagi yang cerah disertai bunyi kokok ayam. Pada puisi Hanyut Aku, kata
malam menggambarkan keputusasaan seseorang dalam menjalani kehidupannya.
Ø
Kata “Kekasih” juga ada ada
pada beberapa puisi Amir Hamzah, misalnya pada puisi Nyanyian Syiking,
Hanyut Aku, Doa, dan Memuji Aku. Makna dari kata “kekasih” yang dimaksud
pengarang sepertinya hampir sama dalam setiap puisinya yaitu “Tuhan”. Meskipun
ada beberapa kata-kata yang terkesan mesra namun pada kenyataannya banyak juga
kata-kata lain yang mendukung bahwa kekasih yang dimaksud penyair bukanlah
seseorang yang dicintainya.
Ø
Kata “Cahaya” digunakan
penyair dalam puisi religinya. Misalnya pada puisi Doa, Memuji Dikau, dan
Panji Dihadapanku. Kata cahaya sudah pasti berhubungan dengan Tuhan dan
maknanya pun tidak jauh-jauh dari itu.
Pada puisi Chairil Anwar
ada beberapa kata yang sering digunakan oleh penyair.
Ø Chairil
Anwar merupakan penyair yang sering menciptakan puisi berbau romantisme dan
cinta. Maka tidak salah jika ada kata “cinta” yang sering disematkan pennyair
dalam puisinya. Misalnya pada pusi yang berjudul: Senja di Pelabuhan Kecil Dan
Cintaku Jauh di Pulau. Kedua puisi itu memperuntukkan kata Cinta kepada
seseorang yang amat disayanginya. Tentu saja kepada seorang gadis yang dicintai
oleh penyair.
Ø Penyair juga sering menggunakan kata “Laut, kapal, perahu, bulan,
dan malam”. Misalnya pada beberapa puisi Chairil Anwar berikut ini: Senja Di Pelabuhan Kecil, Cintaku Jauh Di
Pulau, Malam Di Pegunungan, Tjerita Buat Dien Tamaela, Persetujuan Dengan Bung
Karno, dan Aku Berada Kembali. Puisi-puisi
tersebut menggambarkan suasana di malam hari, di suatu tempat yang sepi seperti
laut, pantai, pegunungan atau pulau kecil. Maksud dari puisi hampir sama, yaitu
menggambarkan kehidupan tempat tinggal atau negeri sang penyair.
Ø Kata “Hilang, api, ajal, maut, mati, hampa, hidup, sendiri, api, dan
maju, dan negeri” juga cukup banyak digunakan oleh penyair dalam puisinya yang
berbau perjuangan. Seperti puisi yang berjudul: Krawang-Bekasi, Diponegoro, Persetujuan dengan Bung Karno, dan Penerimaan. Semua puisi tadi
menngungkapkan pembelaan penyair terhadap tanah air yang sedang diinjak-injak
dan dijajah oleh bangsa asing.
Pada puisi Taufik Ismail
ada beberapa kata yang sering digunakan oleh penyair.
Ø Kata
“Perjuangan” merupakan kata yang kerap kali digunakan penyair dalam
puisi-puisnya. Misalnya puisi Memang
Selalu Demikian, Hadi. Penyair mengulang kata “Perjuangan” sebanyak 3 kali
pada puisi tersebut. Tujuannya adalah
untuk menekankan bahwa hidup itu memang selalu penuh perjuangan, meskipun
selalu ada halangan dalam setiap perjuangan yang dilakukan. Selain itu ada juga
pada puisi Sebuah jaket berlumur darah. Pada puisi ini penyair hanya
menggunakan du kali kata perjuangan, namun maknanya sangat mendalam, yaitu
berhentinya suatu perjuangan pada bait pertama yang mengisyaratkan meninggalnya
para pahlawan kita, dan ‘lanjutkan perjuangan’ pada bait terakhir yang
dimaksudkan bahwa perjuangan belum boleh berhenti.
Ø Kata
“Matahari” juga sering digunakan penyair dalam puisinya. Misalnya dalam puisi Mencari Sebuah Mesjid dan Sebuah Jaket Berlumur Darah. Kedua
puisi tersebut mengartikan kata matahari menjadi makna yang nyata atau makna
denotasinya.
Ø Kata
“Hilang” juga tidak luput dari perhatian penyair. Kata ini juga sering sekali
digunakan penyair dalam setiap puisinya. Misalnya puisi: Mencari Sebuah Mesjid, Seratus Juta, dan Tentang Sersan Nurcholis.
Pada puisi W.S. Rendra
ada beberapa kata yang sering digunakan oleh penyair.
Ø Kata
“Matahari” kerap kali digunakan penyair dalam puisinya. Misalnya pada puisi
berjudul: Sajak Matahari dan Sajak Sebatang Lisong. Kedua puisi mengungkapkan
makna nyata dari matahari sebagai salah satu yang amat penting bagi kehidupan
manusia.
Ø Kata
“wanita” juga tidak asing lagi ditemukan dalam karya-karya W.S. Rendra.
Misalnya dalam beberapa puisi berikut: Sajak
Matahari, Sajak Peperangan Abimanyu
(Untuk Puteraku, Isaias Sadewa), dan Sajak Sebatang Lisong. Pada kata “wanita” ini biasanya di tambah dengan kata lain yang menciptakan efek dramatis dalam puisinya. Misalnya pada puisi sajak matahari ada kata “wanita miskin!” Juga pada puisi Sajak Peperangan Abimanyu
(Untuk Puteraku, Isaias Sadewa), ada kata “wanita kampung”. Serta pada puisi Sajak Sebatang Lisong ada kata “wanita bunting”. Maksud dari semua kata-kata itu hanyalah untuk menyindir.
(Untuk Puteraku, Isaias Sadewa), dan Sajak Sebatang Lisong. Pada kata “wanita” ini biasanya di tambah dengan kata lain yang menciptakan efek dramatis dalam puisinya. Misalnya pada puisi sajak matahari ada kata “wanita miskin!” Juga pada puisi Sajak Peperangan Abimanyu
(Untuk Puteraku, Isaias Sadewa), ada kata “wanita kampung”. Serta pada puisi Sajak Sebatang Lisong ada kata “wanita bunting”. Maksud dari semua kata-kata itu hanyalah untuk menyindir.
Pada puisi saya sendiri
ada beberapa kata yang sering digunakan oleh penyair.
Ø Kata
“Merah” merupakan satu-satunya kata yang sering digunakan penyair dalam
puisinya. Kata merah ini memiliki makna berbeda dalam setiap puisi. Misalnya
dalam puisi Gaun Merah. Yang
mengandung arti kisah tentang gaun
berwarna merah, sedangkan puisi lain yang berjudul Merah memiliki arti bahwa
merah itu merupakan bagian dari kehidupan penyair. Gambaran perasaan penyair
yang disimbolkan dengan kata merah.